Revolusi industri 4.0 sudah memulai cepat langkahnya, dan akan terus berlari. Saat ini kita dipertanyakan apakah hanya akan menjadi penonton sebuah revolusi dan hanya menjadi korban sebuah disrupsi inovasi, atau akan menjadi pelaku utama pada revolusi industri ini. nah Sebelum membahas era Revolusi Industri 4.0, baiknya kita sedikit melihat kembali sejarah berkembangan revolusi industri dari masa ke masa.
Apa itu Revolusi industri ?
Revolusi industri adalah perubahan yang radikal dan cepat terhadap perkembangan manusia dalam menciptakan peralatan kerja untuk meningkatkan hasil industri atau produksi.
– Revolusi Industri 1.0 ( 1784 )
ditandai dengan munculnya mesin-mesin dengan menggunakan tenaga uap yang berbahan bakar kayu dan batu bara. Indonesia pada masa itu masih dikenal dengan Hindia-Belanda.
– Revolusi Industri 2.0 ( 1870 )
Revolusi Industri 2.0 ditandai oleh berkembangnya mesin-mesin yang sudah menggunakan bahan bakar minyak dan beberapa sudah menggunakan listrik pada tahun 1870.
– Revolusi Industri 3.0 ( 1969 )
Pada masa revolusi industri inilah kita mengenal mesin dengan beberapa otomatisasi, yang akan membuat suatu pekerjaan akan lebih efektif dan efesien. Dunia lalu dihebohkan dengan penemuan-penemuan terbaik pada masa itu, seperti tekik nuklir dan bagaimana mengimplementasikannya untuk digunakan menjadi teknologi terbaharu yang sangat berguna.
– Revolusi Industri 4.0 ( Sekarang )
Revolusi Industri 4.0 ini berfokus pada kemajuan teknologi masa kini, terlebih dengan adanya internet. Dimasa sekarang kita mengenal apa itu kecerdasan buatan, internet of things, cloud computing, dan beberapa kemajuan dalam teknologi terbaharu, yang akan diimplementasikan kepada dunia industri itu sendiri. Mesin yang satu ke mesin yang lainnya akan dapat mudah berkomunikasi dengan menggunakan internet, hal ini akan sangat membantu efektifitas dalam Revolusi Industri 4.0 ini dan diharapkan dengan adanya revolusi industri keempat ini, akan memberi dampak signifikan pertumbuhan perekonomian bangsa dan diri kita khususnya.
Proyeksi Penduduk Indonesia rentan tahun 2020 – 2030
Apa kaitan antara Proyeksi Penduduk ini dengan Revolusi Industri 4.0 ?
Oke kita bahas dulu Proyeksi Penduduk Indonesia ini.
Menurut data dari proyeksi penduduk Indonesia oleh Badan Pusat Statistik, Indonesia pada rentang tahun 2020-2035 diperkirakan akan mendapatkan bonus demografi dimana sekitar 70% dari populasi di Indonesia adalah masyarakat dengan rentang usia 15-64 tahun. Diperkirakan total populasi usia produktif di Indonesia pada masa 2020-2035 mencapai 180 juta jiwa, dan total populasi pada usia tidak produktif dalam arti usia ketergantungan hanya 60 juta jiwa. Kalau kita membandingkan pada angka ini, kita dapat melihat ada perbandingan 10 berbanding 3, artinya akan ada 10 orang dengan usia produktif yang akan menanggung 3 orang saja. Tentu hal ini dapat dikatakan sebuah “bonus” apabila harapan-harapan bangsa dapat tercapai dengan hadirnya bonus demografi ini.
Awas!!! Revolusi industri keempat ini dipercayai akan mengubah mekanisme manusia dalam bekerja. Beberapa hal yang semestinya dikerjakan oleh manusia, namun kini sedikit tergantikan dengan adanya beberapa revolusi dalam industri ini. Kita bisa melihat kenyataan pada saat ini, beberapa negara maju telah menyiapkan sistem 3D Printing in Construction. Dengan kecanggihan dari teknologi, untuk membuat konstruksi rumah tidak lagi memerlukan bantuan pekerja yang profesional, namun akan digantikan oleh mesin dengan konsep kecerdasan buatan, contoh lain misal pada pekerja kasir tol setelah keputusan atas implementasi kewajiban dalam transasksi non-tunai. Kehadiran dari kasir penjaga pintu tol tidak lagi diperlukan dikarenakan masyarakat diwajibkan untuk menggunakan kartu elektronik sebagai alat pembayaran. dan masih banyak lagi korban sebuah disrupsi inovasi ini.
Menurut World Economic Forum dalam beberapa waktu lalu sedikit menjawab kekhawatiran ditengah masyarakat Indonesia. Hadirnya kecerdasan buatan, robot, dan penerapan pada revolusi industri keempat ini malah akan membuka banyak jenis lapangan kerja yang baru, artinya bukan pada pengangguran massal. Otomatisasi pada beberapa ruang lingkup industri bukanlah menjadi penghalang untuk mendapatkan pekerjaan, namun akan membuka peluang kerja pada bidang yang lain. Beberapa pakar ekonomi berpendapat bahwa, permasalahan yang ada ketika adanya bonus demografi dan munculnya revolusi industri adalah bukan pada hilangnya atau tergantikannya pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh manusia, namun permasalahan yang sebenarnya adalah kurangnya kemampuan yang tepat dan sesuai dalam jenis pekerjaan pada masa yang akan datang.
Saat ini jika kita sedikit melihat apa saja bentuk semangat dan kegigihan Indonesia dalam beradaptasi dengan adanya revolusi industri keempat ini adalah kita bisa melihat bagaimana pemuda-pemudi Indonesia mulai masuk pada ranah tren masa kini yakni bidang startup dan fintech. Beberapa tokoh muda mulai hadir menjadi seorang CEO, Founder dalam berbagai bentuk bisnis yang tentunya akan membuka banyak lapangan pekerjaan yang baru. Namun tidak hanya dari segi perseorangan yang ada di Indonesia, kita juga bisa melihat bagaimana tiap kota di Indonesia berlomba-lomba menjadikan kotanya dengan basis teknologi yang baik. Setiap kota di Indonesia saat ini berkompetisi untuk mempersiapkan sumber daya manusia dengan talenta terbaik. Istilah “smart city” yang sering kita dengar saat ini adalah salah satu bentuk bagaimana setiap kota di Indonesia sedang mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang akan membantu kemajuan teknologi tiap daerah tersebut.
Revolusi industri yang sekarang kita hadapi ini memberi tahu bahwa globalisasi tidak hanya menuntut untuk kemampuan dalam berbahasa inggris, namun juga bahasa pemrograman. Pemuda dituntut agar mampu tidak hanya berkomunikasi pada masyarakat dunia luas, namun juga kemampuan dalam berkomunikasi pada canggihnya teknologi terbaharu. Dengan inovasi pada jiwa pemuda masa kini, hal itulah yang akan membantu terciptanya beberapa lapangan pekerjaan yang baru yang akan sangat mempengaruhi bonus demografi pada Indonesia.