7 Pilar Pola Pengasuhan Anak Di Jaman Serba Digital Saat Ini

Berikut 7 Pilar Pola Pengasuhan Anak Di Jaman Serba Digital Saat Ini :

1. Sadarilah Bahwa Menjadi Orang Tua Itu Amanah, SIAP-SIAGA Dan Berilmulah.

Bencana pengasuhan bukan hanya mengancam orang tua yang anaknya sudah remaja, tetapi juga Anda yang anaknya masih belia.

Anak kita tidak pernah memilih siapa orangtuanya. Jangan sampai mereka menuntut di hari akhir terkena bencana karena kita sebagai orangtuanya lalai dalam mengasuh mereka.

Kita harus mengasuh dengan kesadaran dan ilmu, sebelum masalah MEMAKSA kita untuk mencarinya.

Ingatlah, ILMU SEBELUM AMAL.

Jadi bagaimana kita bisa beramal (mengasuh) tanpa berilmu? Yang berilmu saja babak belur menerapkannya.

Berikut ini beberapa contoh beratnya tantangan pengasuhan kita di era digital ini:

Akibat kecanduan internet 2 remaja kita menjadi pasien rumah sakit jiwa!

Waspadai Remaja Kecanduan Gadget

Hasil penelitian Yayasan Kita dan Buah Hati yang didanai oleh Kementerian PPPA menunjukkan dampak pornografi pada anak yang kecanduan TERBUKTI mengakibatkan volume otak mereka MENYUSUT di bagian yang membedakannya dengan binatang!

Beberapa bulan yang lalu : WHO menyatakan kecanduan games sebagai gangguan mental!

WHO Resmi Tetapkan Kecanduan Game Sebagai Gangguan Mental

Kalau melihat ciri-ciri dari kecanduan yang disebutkan WHO (ada dalam kumpulan tweet saya di atas), sudah berapa banyak anak anak kita yang sudah kecanduan?

Bayangkanlah saudaraku, kalau kita tidak siap siaga dan tak berilmu menjadi orangtua yang mengasuh anak di era digital!

 

2. Ayah, Hadirlah Untuk Memenuhi Pundi – Pundi Jiwa Anak Kita.

Berdasarkan riset sederhana yang kami lakukan oleh beberapa akhli, sudah meneriakkan bahwa INDONESIA ini a FATHERLESS COUNTRY.

Ayah ada secara fisik, nampak pagi, nampak sore, namun ayah tidak menyapa anaknya secara emosi. Ayah tidak menyapa anaknya secara spiritual.

Secapek apapun ayah, se-tidak bisanya ayah ngomong, ayah HARUS. KARENA ALLAH.

Peran ayah banyak dan tak tergantikan!

Berdasarkan penelitian dilakukan intensif di luar negeri, hadirnya ayah dalam pengasuhan akan menghasilkan anak yang memiliki kecerdasan emosi lebih bagus, potensinya lebih optimal, anak-anak tumbuh lebih simpatik, hubungan sosialnya lebih baik, percaya diri tinggi, dan secara akademis dan finansial lebih sukses. Bayangkan!

Dan.. penelitian kami menunjukkan bahwa bila ayah hadir dalam pengasuhan lebih besar, kemungkinan anaknya tidak adiksi pornografi!

Jadi ayah, pulanglah ke rumah… Ayah bukan hanya pencari nafkah… ayah adalah ayah, yah..

Jika ibu single parent, hadirkan ayah pengganti. Rasulullah itu ‘nggak punya ayah’ tapi ada kakeknya dan pamannya.

 

3. Rumuskan Dan Sepakatilah Tujuan Pengasuhan Ayah Dan Bunda !

Bermain bola saja ada gawang yang dituju, bagaimana mungkin mengasuh anak tidak ada tujuan?

Jadi duduk dan rumuskanlah serta sepakati apa yang ingin ayah bunda capai dalam mengasuh anak anak ke depan.

Jangan terlalu fokus pada akademik semata!

Faktanya, terdapat hubungan yang signifikan antara stres akademik dengan ketergantungan dan kecanduan internet pada remaja SMA.

Hubungan Stres Akademik Dengan Kecanduan Internet
Pada Remaja SMA

Selain itu, bisa dipelajari juga hasil penelitian diatas, bagaimana hubungannya kecerdasan dan kecanduan pornografi.

 

4. Banyaklah Berdialog Dengan Benar, Baik, dan Menyenangkan.

Berdialoglah dengan BENAR sebagaimana Allah mengajarkan dalam alquran dan perilaku nabiNya, dengan BAIK sebagaimana cara otak bekerja, dan dengan cara yang menyenangkan perasaan.

Sebagai orang tua, kita ini secara tidak sengaja sering melakukan kekeliruan dalam bicara yang membuat anak kita sumpek dan lelah jiwanya, sehingga menjadikan games, pornografi dan narkoba jadi pelariannya.

 

5. Orang Tua Penanggung Jawab Utama Penanaman Nilai Agama !

Ikat jiwa anak kita dalam ketaatan pada pemilikNya.
Bukankah tujuan utama pengasuhan adalah mejadikan anak kita penyembah HANYA ALLAHnya saja?

Anak kita adalah salah satu tanggung jawab utama yang Allah pertanyakan di yaumul hisab sebelum peran kita sebagai anak dan berbagai peran kita dalam keluarga dan anggota masyarakat?

Maka, sebelum kita memilihkan tempat pendidikan terbaik, pondasi dasar dan pemeliharaan ketaatan serta akhlak yang baik tetaplah hak dan kewajiban kita.

mengapa anak sekarang mudah sekali melakukan hal-hal yang tidak patut dan salah besar seperti kecanduan games, pornografi, narkoba bahkan seks bebas, adalah karena pondasi agama dari rumah hampa!

Punya gadget canggih, game tersedia, jaringan wifi di rumah, TV berlangganan, tapi anak tidak pernah (jangankan diajarkan) diperkenalkan saja tidak tentang keharusan sebagai muslim/ah untuk menahan pandangan dan menjaga kemaluannya.

Ingat  firman Allah, bahwa : Kalau pandangan mata tidak ditahan, otak rusak di bagian fungsi mulianya yang membedakan manusia dengan binatang, maka kemaluan tidak bisa dikendalikan!

Maha benar Allah dengan segala FirmanNya.

 

6. Persiapkan Anak Kita Menghadapi Masa Baligh Dengan Pemahaman Yang Utuh.

Bukan hanya sekedar cara bersuci dan ciri-ciri mimpi basah dan menstruasi.

Jauh sebelum itu, biasakan anak memiliki kesempatan dan kemampuan untuk BMM (berpikir, memilih, dan mengambil keputusan) atas nama dirinya. Karena setelah baligh ia harus mampu mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya.

 

7. Ajarkan Anak Untuk Bijak Berteknologi.

Anak kita hidup di hutan digital, yang mungkin kita sendiri juga tidak mengenal betul ada apa saja di dalamnya, dengan perkembangan yang luar biasa cepatnya.

Jika kita tidak mendidiknya bijak berteknologi, bagaimana jika ia ‘tersesat’, bertemu hal-hal sangat buruk yang ada di internet dan tidak tau cara menghindarinya?

Maka, milikilah pertimbangan yang matang sebelum memberikan gadget dan internet pada anak.
Kapan ia diberi gadget?
Apa alasannya?
Sudahkah menjelaskan apa fungsi utamanya?
Apa manfaat dan resiko penggunaan gadget dan internet?
Keterampilan dan pengetahuan apa saja yang perlu ia miliki sebelum menjadi pengguna aktif gadget?
Apa saja yang boleh dan tidak boleh terkait penggunaan gadgetnya?
Berapa lama durasinya?
Apa konsekuensi yang disepakati jika terjadi pelanggaran aturan?

Ayah Bunda, mengasuhlah karena Allah…
Balutlah semua ikhtiar kita dengan doa!

Allah melarang kita meninggalkan dzuriyyatan dhiafan (QS Annisa ayat 9). Keturunan yang lemah, yang kita khawatirkan mereka tidak sanggup menanggung beban dan ancaman zaman.

Tegakkan seluruh pilar pengasuhan. Jangan terus berputar dengan persoalan hari-hari. Karena anak masih kecil lalu merasa aman terhadap ancaman, karena belum menikah lalu nanti saja belajar berlelah-lelah.

Sebaliknya, Allah mencintai dzurriyatan thoyyibatan (keturunan yang berkualitas).

Yang digambarkan Allah SWT laksana sebuah pohon yang baik (syajarotun toyyibah). Yakni, akarnya menghujam ke perut bumi (akidah yang kokoh), batang dahannya menjulang ke langit (ibadah yang benar) dan berbuah di setiap musim (akhlak yang karimah).

Wallahua’lam bi shawab